Personal Stories
"KEMOTERAPI ATAU HERBAL?"
Dede Garcia, 38 tahun
Survivor (2 tahun)
Kanker payudara…. siapa yang akan gembira mendengar perkataan itu? Tidak satu wanita pun yang tidak menangis saat mereka menyadari bahwa di dalam keindahan tubuhnya ada sebuah “monster” yang cepat atau lambat bisa menggerogoti tubuhnya, bahkan pilihannya adalah hanya menjalani serangkaian proses penyembuhan dan tragisnya adalah dibebaskan dari kesakitannya untuk selamanya.
Saya adalah seorang wanita bekerja dengan 2 anak laki-laki yang begitu menginspirasi setiap langkah kehidupan saya. Kinara (12 tahun) dan Kitara (10 tahun), Seorang suami yang sangat mensupport saya, Uli. Saya anak kedua dari 3 bersaudara yang wanita semua dan mereka sangat mengasihi saya. Mama saya seorang yang sangat positif dan selalu memberikan kekuatan serta solusi terhadap anak-anaknya, beliau adalah wanita yang luar biasa, wanita yang tidak hanya berjuang untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Mama juga menderita kanker payudara yang sudah melewati masa perjuangannya, dan saat ini sudah bebas dari kanker, mama adalah sahabat saya, my soulmate. Papa, saat ini sudah bahagia di rumah Bapa, Papa meninggal pada 9 Januari 2012 karena kanker paru-paru. Jadi, sudah jelas kanker sangat senang bermain di genetik keluarga kami. Saat dokter mendiagnosa saya terkena kanker payudara… hmmm kalau dibilang kaget, mungkin tidak kaget-kaget benar….tapi kalau saya istilahkan saat itu saya tertawa kecut. Karena sebelum saya memberanikan diri ke dokter, saya sudah mencari tahu tentang penyakit kanker payudara melalui Google.
Pertama kali saya terdiagnosa kanker payudara adalah saat saya memeriksakan diri saya ke dokter umum yang alat-alat di tempat prakteknya cukup canggih. Waktu itu saya ingin memeriksakan semua kesehatan saya dari mulai jantung, kolesterol termasuk salah satunya, keluhan karena payudara saya sering sekali gatal dan mengeluarkan cairan darah. Lalu beliau menyarankan saya untuk melakukan USG 4D pada ahlinya di salah satu klinik di Jakarta Selatan.
4 Oktober 2010, hasil dari USG tersebut saya bawa kembali ke dokter umum saya dan beliau menyatakan bahwa positif kanker di payudara sebelah kiri, tetapi masih stadium dini. Kemudian beliau menyarankan kepada saya untuk melakukan serangkaian tes seperti cytology, duktografi dan breast MRI. Menurut catatan jenis kanker yang saya alami kemungkinan besar adalah Ductal Carcinoma In situ (DCIS). Melihat serangkain tes tersebut, membuat hati saya menjadi takut. Proses pengecekan di atas pun saya minta ganti karena tidak mau ada biopsy. Akhirnya dokter saya menyarankan untuk periksa darah khusus CEA dan CA 15-3.
Takut! Karena di bulan yang sama, saya sedang menemani sahabat saya yang sedang kritis berjuang melawan kanker payudaranya yang sudah mastektomi dan dalam kurun waktu 2 tahun ternyata sudah menyebar ke otak dan tulang belakang. Terbayang bagaimana sahabat saya sangat menderita karena menghadapi semua itu. Dari biopsy, hasil biopsy langsung radiasi, kemoterapi dan mastektomi kemudian setelah dinyatakan sembuh, ternyata ditemukan kanker tersebut sudah merambat ke otak. Tidak, saya tidak sanggup!
Selain serangkaian proses tersebut, biaya pun menjadi pertimbangan saya. Karena saat itu sempat berpikir untuk berobat ke Singapura dan sudah mendaftar untuk menemui dokter di salah satu rumah sakit terkemuka yang sering menangani kanker. Tapi setelah mengetahui biaya yang harus dikeluarkan, langsung saya tunda. Walaupun mama menyerahkan semua keputusan ke saya, dan mama juga siap menemani kalau Singapura menjadi keputusan saya.
Why me…
Suatu pagi, hati saya sangat sedih dan sempat bertanya kepada Tuhan. “why me”…saat itu saya sedang bernyanyi dan memuji Tuhan, dan saya menangis sejadi-jadinya…karena dalam pikiran saya saat itu adalah, bagaimana kalau saya harus pergi, meniggalkan anak saya yang masih membutuhkan saya.
Tetapi mama begitu menguatkan saya, beliau bercerita bagaimana ia berjuang melawan semua itu. Berjalan bersama Tuhan. mensyukuri setiap kehidupan yang kita jalani. Ya, tidak ada kata-kata lain selain bersyukur. Saya ubah “why me” menjadi Thanks God”.
Nekad dan tekad.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung menetapkan hati saya bahwa saya ingin menggunakan cara timur yaitu dengan obat-obat herbal. Saya percaya bahwa hidup saya ditangan Tuhan, dan kalau saya harus “pergi”, saya siap.
Saya mencari dokter yang tepat karena saya tidak mau berobat ke tempat yang salah dan sembarang memberikan obat tanpa ada dasar penelitian yang tepat. Saya pun berdoa kepada Tuhan, untuk memberikan dokter yang sudah Tuhan sediakan
Sahabat tercinta saya akhirnya pergi jauh, 2 minggu setelah saya positif terkena kanker payudara. Saat itu saya begitu tegar menerimanya dan mengantar kepergiannya. Di waktu yang tidak lama, Tuhan pertemukan saya dengan teman persekutuan doa yang juga sedang berjuang melawan kanker payudara. Dia memberikan nama dokter yang menggunakan penyembuhan cara barat dan juga nama dokter dengan penyembuhan cara timur.
Akhirnya awal November 2010 saya mulai berobat ke Dokter Ahli Bedah Kanker yang saat ini memilih jalur pengobatan herbal. Dan dengan tidak ada rasa ragu sama sekali saya mulai menjalani pengobatan. Dokter mengatakan bahwa kanker saya sudah berusia 10 bulan, besarnya 2,5 cm dan sudah menjalar ke bagian ketiak. Saat saya bertanya itu stadium berapa, dokter hanya bilang, kanker tetap kanker, berapapun stadiumnya, kanker tetap bisa membahayakan. Dokter bilang bahwa ia akan berusaha mengobati agar akar-akar kanker tidak bertumbuh dan memperkecil penyebaran hingga ke satu titik. Apabila titik itu tidak hilang, maka harus tetap operasi untuk pengangkatan. Tapi satu hal kata-kata inspiratif dari dokter yang saya ingat, "…kesembuhan itu bukan karena saya, tapi Tuhanlah yang menyembuhkan dan dari diri sendiri yang mempunyai keinginan untuk sembuh." Inilah dokter yang saya cari. Sangat masuk di akal. Memang penyakit yang mematikan ini tidak bisa kita serahkan begitu saja kepada para ahli, tapi tetap butuh semangat yang luar biasa dari pasien dan campur tangan dari Sang Kuasa.
Serangkaian pantangan mulai saya jalani sesuai apa yang dianjurkan dokter. Terutama yang harus sangat diperhatikan adalah, jangan memberikan makanan terhadap kanker. Tidak memakan daging merah, tidak memakan ayam, tidak makan seafood bahkan ikan pun sebaiknya ikan laut dalam. Banyak minum air putih, buah yang bukan buah musiman, sayur dan ubah gaya hidup. Sebaiknya tidak keluar malam lagi, tidur yang cukup, dan olahraga yang membantu rileksasi seperti yoga, berenang, meditasi, mendengarkan musik yang tenang bukan yang membuat sedih hati.
Tiga bulan pertama menjalani apa yang dokter katakan sangat memberikan hasil yang luar biasa…kanker yang ada di dalam tubuh saya berkurang 40%. Berat badan saya memang susut 8 kg, tapi membuat saya semakin sehat.
Pekerjaan saya sebagai seorang pekerja seni, sering membuat saya kurang tidur. Bulan ke 4 kemajuannya hanya sedikit. Terkadang saat kelelahan, darah pun masih keluar dari puting payudara. Kekuatan yang saya miliki adalah keinginan untuk sembuh dan percaya akan mukjizat Tuhan masih terjadi sampai saat ini.
21 May 2013 Dokter menyatakan sudah tidak ada benjolan lagi di payudara saya, bahkan titik yang pernah ia katakana 3 tahun yang lalu pun tidak ada. Sungguh anugerah yang luar biasa.
4 Oktober 2013 saya melakukan pengecekan ulang dan tetap dinyatakan sudah bersih. Berarti saya tidak perlu menjalankan operasi. Puji Tuhan. Its only by HIS GRACE.
Saya hanya bisa membagikan apa yang sebaiknya kita pikirkan saat kita divonis kanker. Jangan sekali-sekali mengalah pada kanker. Jadi, saat kanker ada di tubuh Anda, janganlah berdiam diri, segera lakukan pengobatan. Carilah dulu informasi ke beberapa dokter, sebelum mengambil tindakan. Bila ingin mengambil jalan herbal seperti saya, janganlah pergi ke sembarang tempat, tapi carilah ahlinya, karena kita perlu mengenali lawan kita ini dengan benar. Bila sudah mengambil keputusan jangan pernah ragu-ragu.
Hiduplah penuh dengan ucapan syukur dan jangan mempersulit keadaan. Lebih rileks, tidak perlu “ngoyo”. Lakukan apa yang membuat hati bersuka cita. Karena hati yang gembira adalah obat. Percayalah bahwa Kuasa Tuhan tidak terbatas untuk mengangkat semua sakit penyakit bahkan sampai stadium lanjut. Dekat dengan Tuhan adalah sangat membantu mempercepat proses penyembuhan, jangan mengasihani diri sendiri, tapi bangkit dan jadilah pemenang. dokter boleh memvonis, tapi hidup dan mati kita ada di tangan Tuhan, mukjizatNya masih terjadi sampai saat ini.
Dukungan dari orang-orang di sekitar kita pun dapat membantu proses penyembuhan, baik itu dari teman, saudara, keluarga ataupun dari komunitas sesama kanker, sehingga kita bisa merasa bahwa kita tidak sendiri. Dan yang terpenting adalah Berjalan bersama Tuhan. Semoga sharing saya bisa bermanfaat bagi Anda. Tuhan memberkati.